Rabu, 30 September 2015

BIDANG KAJIAN EKONOMI - HUTANG LUAR NEGERI



Utang luar negeri
April 2015, utang luar negeri Indonesia tembus Rp 4.003 triliun

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per April 2015, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 299,84 miliar atau setara dengan Rp 4.003 triliun (kurs hari ini). Angka utang ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 298,06 miliar.
Namun demikian, angka utang per April 2015 ini turun jika dibandingkan posisi awal tahun, di mana utang luar negeri Indonesia pada Januari 2015 mencapai USD 300,17 miliar.
Dilansir dari data resmi Bank Indonesia, utang luar negeri sebesar USD 299,84 miliar ini terdiri dari utang pemerintah bersama Bank Indonesia serta swasta. Porsi utang pemerintah per April 2015 tercatat sebesar USD 127,95 miliar dan Bank Indonesia tercatat 4,9 miliar. Sehingga, total utang pemerintah dan Bank Indonesia adalah USD 132,86 miliar. Angka ini naik tipis dari bulan sebelumnya yang hanya USD 132,75 miliar.
Sedangkan utang luar negeri swasta tercatat sebesar USD 166,98 miliar. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 165,30 miliar. Utang luar negeri swasta ini terdiri dari utang perbankan dan bukan perbankan (nonbank).
Utang luar negeri perbankan tercatat USD 31,91 miliar, sedangkan utang nonbank tercatat USD 135 miliar. Lembaga bukan bank terdiri dari LKBB atau nonbank financial corporation dengan jumlah utang USD 11,52 miliar dan perusahaan bukan lembaga keuangan atau nonfinancial corporation sebesar USD 123,54 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara dalam pernyataannya mengatakan posisi utang luar negeri per April 2015 masih cukup sehat, namun perlu diwaspadai risikonya terhadap perekonomian. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya sektor swasta.

Indonesia merupakan negara multikultur yang memiliki potensi besar dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dibidang ekonomi. Besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadikan Indonesia sebagai negara maju, bukan hanya sebagai negara berkembang. Selain itu, tingginya jumlah penduduk usia produktif(lihat di bps)seharusnya dapat memicu naiknya pendapatan negara, karena penduduk usia produktif mampu memberikan kontribusi lebih bagi negara. Namun, kondisi yang terjadi saat ini berbeda dari yang seharusnya. Hal ini terjadi karena faktanya tingginya jumlah pengangguran di usia produktif membuat beban negara bertambah, bukan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Angkatan kerja belum terserap dengan baik, adanya kesenjangan antara lapangan kerja dengan pencari kerja. Bursa lowongan kerja sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut dirasa belum efektif, karena fakta dilapangan ditemukan ketidak sesuaian antara jenis pekerjaan dan skill yang dimiliki oleh para pencari kerja. Warga Indonesia dengan limpahan kekayaan yang dimiliki negaranya malah menjadi pembantu di negaranya sendiri, kondisi negara Indonesia di posisi yang strategis membuat orang Indonesia menjadi malas dan tidak mau memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam dirinya, pada akhirnya posisi penting yang ada diisi oleh warga negara asing. Kondisi ini yang membuat pemerintah kewalahan dalam menangani permasalahan yang terjadi.
Di sisi lain, Indonesia tengah menghadapi masalah besar dengan nilai hutang luar negeri yang mencapai ribuan trilyun rupiah. Segala limpahan nikmat yang dimiliki Indonesia ternyata  membuat Indonesia terus berhutang pada pihak asing. Sulit dpercaya memang, dengan kondisi Indonesia sebagai negara berkembang yang membutuhkan dana besar untuk melaksanakan pembangunan namun belum maksimal dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki Indonesia. Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per April 2015, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 299,84 miliar atau setara dengan Rp 4.003 triliun (kurs hari ini). Angka utang ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 298,06 miliar. Namun demikian, angka utang per April 2015 ini turun jika dibandingkan posisi awal tahun, di mana utang luar negeri Indonesia pada Januari 2015 mencapai USD 300,17 miliar. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian serius bagi bangsa Indonesia, betapa mirisnya melihat kondisi ini, besarnya utang luar negeri Indonesia pun belum mampu menyejahterakan rakyatnya. Masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemisikinan, belum mendapatkan pendidikan yang layak dan masih banyaknya rakyat yang menderita karena kesehatan. Fenomena ini menjadi sorotan apalagi dengan krisis ekonomi yang terjadi saat ini, nilai tukar rupiah yang
.      Penyebab Besarnya Utang Luar Negeri
Ada beberapa penyebab meningkatnya utang Luar negeri Indonesia secara umum yaitu:
1.      Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Transaksi berjalan adalah  perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer. Dengan terjadinya defisit transaksi berjalan sehingga dibutuhkan utang/pinjaman luar negeri.
2.      Meningkatnya kebutuhan investasi
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi dilema invesment-saving gap. Menurut kordinator bapenas Armida Alisjahbana pada tahun 2011, jumlah dana tabungan: 12,84 triliun Sementara kebutuhan investasi Rp 2.458,6 triliun; Dengan adanya gap, Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN, terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
3.      Meningkatnya Inflasi
Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor . Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena  inflasi merupakan salah satu komponen suku bunga nominal. Trend inflasi meningkat menyebabkan Bank Indonesia memangkas suku bunga hingga rendah. Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri.
4.      Struktur perekonomian tidak efisien -- dengan alat ukur ICOR
Incremental capital output ratio (ICOR) adalah rasio antara investasi di tahun yang lalu dengan pertumbuhan output (PDRB). ICOR mencapai 4,9 (1984 – 2011) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi ada pemborosan sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.


Dampak dari Utang Luar Negeri
Pertumbuhan hutang luar negeri Indonesia yang  meningkat, dengan ini dapat menunjukkan bahwa Indonesia sangat tergantung pada utang luar negeri. Indonesia merupakan Negara dengan anggaran belanja yang deficit, atau mempunyai anggaran belanja yang tidak seimbang. Dalam hal ini defisit memiliki arti bahwa tingkat pengeluaran lebih besar daripada tingkat pendapatan yang diterima oleh Indonesia dan dapat dikatakan bahwa Indonesia memang kekurangan modal. Dalam hal ini modal yang digunakan sebagai modal untuk pembangunan. Maka dari itu, untuk menutupi anggaran belanja yang tidak seimbang Indonesia melakukan hutang luar negeri.
Menurut saya hutang luar negeri merupakan sarana yang baik dalam meningkatkan perekonomian Indonesia , karena saat hutang luar negeri berada diposisi yang stabil maka perekonomian akan berjalan dengan baik pula. Perekonomian yang baik juga dapat didukung melalui aktifitas sektor produksi dari pihak pemerintah ataupun swasta dengan adanya bantuan dari hutang luar negeri tersebut. Akan tetapi, jika hutang luar negeri tidak digunakan atau tidak dapat dikendalikan dengan baik maka akan membawa dampak buruk bagi stabilitas perekonomian nasional.
Dalam kenyataan yang terjadi dilapangan, hutang luar negeri yang dimiliki Indonesia digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif, salah satunya ULN digunakan untuk menutup hutang di negara lain. Selain itu , ada oknum oknum pemerintah atau para pejabat negara yang mengatas namakan pembangunan melakukan pengalokasian dana yang salah dan melakukan tindakan yang tidak semestinya terhadap ULN untuk kepentingan pribadinya masing-masing. Hal ini lah yang membuat ULN bukanya menjadi dampak baik akan tetapi malah menjadi dampak bu  ruk bagi perekonomian.
Pemanfaatan Utang Luar Negeri
Penerimaan yang didapat dari utang luar negeri seharusnya dapat diupayakan dan digunakan dengan se-efisien mungkin agar bantuan tersebut dapat membawa dampak baik bagi perekonomian nasional. Pemanfaatan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan di bidang infrastruktur dan produksi agar dapat membantu kesehjateraan rakyat. Selain itu ULN juga dapat digunakan membantu kesehjateraan rakyat dalam program sosial kemasyarakatan di bidang kesehatan, pendidikan dan peningkatan kesehjateraan. Dalam hal ini pihak BUMN dan swasta juga dapat mengembangkan pendanaan tersebut untuk melakukan penjualan saham di pasar Internasional guna untuk mendapatkan pendapatan devisa sehingga membantu menambah pendapatan negara.
Solusi pengurangan Utang Luar Negeri
Seperti yang kita ketahui ULN memang dapat membawakan dampak baik jika diolah dengan lebih efisien dan juga dapat membawa dampak buruk jika diolah dengan tidak baik atau tidak tepat sasaran. Maka dari itu, perlu adanya solusi solusi yang digunakan untuk mengurangi ULN agar terhindar dari resiko tingkat pengembalian yang kecil. Ada beberapa solusi untuk pemecahan masalah tersebut, antara lain:
1.      Debt Swap 
2.      Diplomasi Ekonomi
      3    Potensi Internal Pemerintah
      4.      Kebijakan Pemerintah dan BI
Selain solusi diatas ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir masalah ULN, yaitu :
     1.      Mengurangi dan membatasi kegiatan impor dari luar, hal ini dilakukan karena sebenarnya Indonesia kaya akan sumber daya yang dimilikinya dan seharusnya pihak pihak yang berwenang dan bersangkutan dapat menggunakan sumber daya tersebut dengan maksimal sehingga dapat membuat produk dengan daya jual tinggi yang dapat dilakukan ekspor ke negara negara lain sehingga dapat menambah devisa negara.    
   2.      Mengurangi pemakaian anggaran belanja untuk kegiatan yang tidak efektif agar dana tersebut dapat dialokasikan ke dalam proyek lebih bermanfaat dalam pembangunan.
    3.      Menghilangkan anggaran anggaran dan biaya yang tidak penting  . Salah satunya mengurangi gaji anggota DPR ,yang menurut data yang diperoleh dari Ispa dan IMF gaji anggota DPR mencapai sampai USD 65.000/tahun dan merupakan gaji terbesar dengan peringkat ke-4 didunia. Dengan jumlah gaji 18 kali lipat dari pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia. Mengapa kita harus mengeluarkan biaya sebesar itu sedangkan menurut data dari BPS pada tahun 2013 saja, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,37 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Seharusnya kita bisa memanfaatkan dana tersebut untuk lebih bisa mensejahterakan rakyat dan untuk mengansur hutang yang menjadi beban negara.
   4.  Mengurangi atau menghilangkan subsidi. Contohnya pada BBM , pemerintah kini telah melakukan kebijakan mengurangi subsidi pada BBM sehingga harga jual nya pun menjadi tinggi dan sampai saat ini berada pada angka Rp 7.500,00/ liter untuk Premium dan Rp. 6.500,00/liter untuk Solar. Hal ini dilakukan karena pemerintah mempunyai rencana lain yaitu mengalokasikan subsidi tersebut untuk bidang sosial. Keadaan seperti ini lah yang harus di pelajari oleh masyarakat Indonesia agar jauh dari mental masyarakat bersubsidi yang hanya dapat bergantung kepada pemerintah.
Jadi , pada intinya Hutang Luar Negeri (ULN) adalah sebuah dana yang sifatnya hanya sementara yang dipinjamkan oleh pihak Asing kepada Indonesia. Dana tersebut pada dasarnya digunakan untuk membantu dan menutupi kekurangan sumber pendanaan dalam rangka investasi unutk pembangunan nasional. Maka dari itu sumber dana ULN yang didapatkan seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dengan efisien. Dalam hal ini peran swasta dan BUMN harus dapat mencari dan menemukan alteratif-alternatif baru dalam penggalian dana sumber luar negeri seperti penjualan saham di pasar internasional. Selain itu Pemerintah dan BI harus membuat kebijakan kebijakan dalam pemanfaatan sumber-sumber pendanaan luar negeri agar tidak menimbulkan permasalahan baru dalam proses pembangunan terutama yang menyangkut masalah pengembalian kembali pinjaman.

0 komentar:

Posting Komentar